Indonesia memiliki potensi yang sungguh luar biasa dalam sektor hydrogen energy. Dari berbagai isu dari resource-nya sudah bisa dilihat, termasuk di wilayah Kalimantan yang sudah memiliki rencana di IKN, disampaikan bahwa penggunaan hidrogen mencapai 20% sampai dengan tahun 2038, lalu mencapai 80% sampai dengan 2045. Pemakaian energi bersih berbasis kepada PLTA untuk memproduksi hidrogen sudah mulai dicanangkan oleh BAPPENAS. Saat ini, mulai ada skenario untuk membuat Hydrogen City di wilayah Bintuni. Harapannya, ini semua bisa terealisasi sehingga Indonesia bisa masuk ke global supply chain, hal ini sangat perlu dan harus sangat cepat agar Indonesia bisa memproduksi hidrogen dan amonia. Konsultan GRK Jakarta dapat memberikan kontribusi berharga dalam merancang strategi untuk mengoptimalkan produksi hidrogen dengan meminimalkan dampak lingkungan.
Kedepannya hingga tahun 2035, target Indonesia untuk pemakaian hidrogen yang pertama yaitu di sektor industri, kedua di sektor transportasi, dan ketiga di power generation. Harapannya, hydrogen cost-nya rendah agar nantinya bisa digunakan untuk power generation. Di tahun 2024, demo project untuk hydrogen for transportation ini akan diinisiasi oleh beberapa pihak di sektor industri, mengingat sudah ada roadmap, green hydrogen study, dan technical committee. Sebentar lagi akan ditemui hydrogen refueling station di Indonesia, begitupun dengan strateginya.
Sedikit membahas mengenai bagaimana Indonesia menggunakan fuel cell. Dalam pemanfaatan hydrogen energy, yang menjadi key technology dari hidrogen adalah fuel cell dan electrolyzer. Electrolyzer akan ditempatkan di satu titik dan akan diinstall juga power generation dari fuel cell untuk bisa masuk ke grid.
Efisiensi dari fuel cell-nya adalah kunci utama. Jika kita bisa mendapatkan fuel cell yang efisiensinya lebih tinggi pasti akan sangat lebih useful pada saat kita creating power lagi menggunakan hidrogen. Jika pemakaian fuel cell bisa dimaksimalkan maka pemakaian diesel bisa dikurangi. Jika perhitungan on-grid, maka photovoltaic yang ada disini bisa digunakan untuk electrolyzer dan bisa men-supply 24 jam. Di Medang dan di Semau juga dilakukan satu analisis untuk kombinasi antara diesel dan photovoltaic, dan hasilnya yaitu diesel berkurang sekian persen. Studi ini sudah selesai dan harapannya bisa disambungkan dengan realisasinya dengan bantuan konsultan gas rumah kaca perusahaan. Kita ingin low fit dan tarif di penduduk yang ada di wilayah terkait tidak berubah, tidak ada kenaikan listrik, dan kita bisa mengurangi CO2 dengan instalasi sekarang ini sebesar 20%. Jika ingin penurunan CO2 yang lebih tinggi lagi maka mau tidak mau akan double tarif, jika sampai 60%. Apalagi jika ingin sampai dengan 100% tidak pakai diesel, maka tarifnya tiga kali dari yang sekarang.